TRADISI nyadran di Dusun
Siwarak, RW2, Kelurahan Kandri, Kecamatan Gunungpati tahun ini lebih
semarak dibanding sebelumnya. Ratusan orang tua, muda, maupun anak-anak
terlibat langsung dalam kegiatan yang sekaligus peringatan Isra Miraj
Muhammad SAW.
Acara berlangsung Minggu (3/6) pagi, diawali dengan arak-arakan. Barisan itu menceritakan legenda dusun tersebut. Di bagian depan ada ibu-ibu dan bapak-bapak dengan pakaian tradisional. Mereka menggambarkan warga yang sejahtera karena hidup sebagai petani dengan panen melimpah. Setelah itu, ada barisan warak dan kera-kera.
Warak digambarkan dalam bentuk binatang mirip badak bercula satu dengan kulit hitam legam.
Hewan tersebut dibuat dengan kerangka bambu yang dibungkus oleh kain goni bercat hitam. Benda itu diusung oleh beberapa pria.
Sementara kera diperagakan oleh dua orang yang mengenakan kostum kera lengkap dengan topengnya. Kedua binatang tersebut dikisahkan pernah mengganggu warga .
”Dulu warga yang ketakutan kemudian berteriak ada warak, ada warak, ada si warak. Akhirnya dukuh ini dinamakan Siwarak,” kata Ketua RW setempat Saiful, seraya mengatakan jika gangguan itu sendiri berhasil dikalahkan oleh rasa kebersamaan warga.
Dia mengungkapkan, kegiatan seperti itu baru kali pertama digelar. Acara tersebut sekaligus merupakan persiapan jelang pembentukan desa wisata di wilayah itu. Pembentukan desa wisata tak lepas dari dilaksanakannya proyek Waduk Jatibarang.
Plh Lurah Kandri Akhiyat mengungkapkan, sekitar 40 hektare lahan di wilayah kelurahan yang dipimpinnya terkena proyek tersebut. Lebih dari seratus kepala keluarga di RW 2 dan 3 kelurahan itu harus kehilangan tanah yang selama ini dimiliki atau digarap.
Desa wisata digagas mengingat wilayah itu bakal menjadi salah satu kawasan yang dilewati pengunjung Waduk Jatibarang jika nantinya telah jadi.
Acara nyadran seperti kali ini diharap bisa berlangsung terus-menerus. Dengan demikian, suatu saat nanti, generasi mendatang dusun itu tetap mengetahui jika nenek moyang mereka adalah petani.
Barisan arak-arakan nyadran kemarin juga dimeriahkan dengan drum band anak dan rombongan rebana. Usai mengelilingi dusun, kegiatan dilanjutkan dengan pengajian. (Adhitia Armitrianto-39)
Acara berlangsung Minggu (3/6) pagi, diawali dengan arak-arakan. Barisan itu menceritakan legenda dusun tersebut. Di bagian depan ada ibu-ibu dan bapak-bapak dengan pakaian tradisional. Mereka menggambarkan warga yang sejahtera karena hidup sebagai petani dengan panen melimpah. Setelah itu, ada barisan warak dan kera-kera.
Warak digambarkan dalam bentuk binatang mirip badak bercula satu dengan kulit hitam legam.
Hewan tersebut dibuat dengan kerangka bambu yang dibungkus oleh kain goni bercat hitam. Benda itu diusung oleh beberapa pria.
Sementara kera diperagakan oleh dua orang yang mengenakan kostum kera lengkap dengan topengnya. Kedua binatang tersebut dikisahkan pernah mengganggu warga .
”Dulu warga yang ketakutan kemudian berteriak ada warak, ada warak, ada si warak. Akhirnya dukuh ini dinamakan Siwarak,” kata Ketua RW setempat Saiful, seraya mengatakan jika gangguan itu sendiri berhasil dikalahkan oleh rasa kebersamaan warga.
Dia mengungkapkan, kegiatan seperti itu baru kali pertama digelar. Acara tersebut sekaligus merupakan persiapan jelang pembentukan desa wisata di wilayah itu. Pembentukan desa wisata tak lepas dari dilaksanakannya proyek Waduk Jatibarang.
Plh Lurah Kandri Akhiyat mengungkapkan, sekitar 40 hektare lahan di wilayah kelurahan yang dipimpinnya terkena proyek tersebut. Lebih dari seratus kepala keluarga di RW 2 dan 3 kelurahan itu harus kehilangan tanah yang selama ini dimiliki atau digarap.
Desa wisata digagas mengingat wilayah itu bakal menjadi salah satu kawasan yang dilewati pengunjung Waduk Jatibarang jika nantinya telah jadi.
Acara nyadran seperti kali ini diharap bisa berlangsung terus-menerus. Dengan demikian, suatu saat nanti, generasi mendatang dusun itu tetap mengetahui jika nenek moyang mereka adalah petani.
Barisan arak-arakan nyadran kemarin juga dimeriahkan dengan drum band anak dan rombongan rebana. Usai mengelilingi dusun, kegiatan dilanjutkan dengan pengajian. (Adhitia Armitrianto-39)
Sumber : Suara Merdeka
No comments:
Post a Comment